Senin, 21 November 2016

Terapi Stem Cell dan Keberadaannya di Indonesia

Laboraturium ReGenic (Regenerative and Cellular Therapy), merupakan laboraturium pertama di Indonesia yang mempunyai legalitas dalam pengolahan sel punca atau dengan nama lain stem cell untuk terapi. Di Indonesia, isu terapi stem cell memang sepertinya masih beredar di kalangan tertentu, selain perangkat dan teknologi yang terbatas, biaya untuk pengobatan ini juga cukup mahal.
Praktik terapi stem cell mulai dilakukan di Negeri Paman Sam sekitar tahun 2005. Sedangkan untuk Indonesia, disinyalir, pada tahun 2007 sudah dilaksanakan terapi stem cell pada penderita penyakit jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Sedangkan sutradara Iqbail Rais yang divonis kanker darah pada tahun 2011, Iqbal juga menjadi pasien pertama yang melakukan terapi stem cell di Surabaya sekitar bulan September tahun 2011.
    Menurut Yuyus Kusnadi, PhD, Head of Laboratory KALBE Group, praktik stem cell yang diijinkan di Indonesia adalah dengan mengambil material stem cell dari tubuh si pasien itu sendiri atau yang biasa disebut dengan istilah antologus. Untuk melakukan terapi stem cell, stem cell bisa diambil dari beberapa bagian tubuh kita sendiri, seperti sumsum tulang belakang, lemak, tali pusat, hingga darah.
    “Proses pengambilan dan pengembangbiakkan stem cell bisa dikatakan cukup mudah. Dalam waktu beberapa minggu, sel akan berkembang biak menjadi berkali-kali lipat. Tapi, yang jadi masalah apakah sel yang telah berlipat ganda tersebut steril dan bisa digunakan untuk dimasukkan ke dalam tubuh manusia. Masalah kebersihan dan sterilisasi sel yang harus diperhatikan dan dijaga saat proses ini,” ujar Yuyus.
     Di Indonesia, terapi stem cell dilakukan dengan mengambil material stem cell dari tubuh pasien sendiri. Di China, terapi ini diperbolehkan untuk mengambil materi stem cell dari janin bayi yang “sengaja” digugurkan oleh ibu mereka, mengingat memang pemerintah China membatasi keluarga untuk memiliki anak. Sedangkan di Jerman, praktik terapi stem cell mengambil material stem cell dari binatang.
    Tentang terapi stem cell yang mengunakan bagian tubuh binatang Yuyus menjelaskan, biasanya hewan yang digunakan untuk diambil material stem cell-nya adalah kelinci, rusa atau domba, sedangkan di Autralia, hewan yang biasa digunakan adalah kangguru. Karena di Jerman memang pemerintah tidak mengijinkan praktik stem cell dengan mengambil material stem cell dari manusia.
Terapi Alternatif Stroke hingga Kecantikan
Yuyus juga mengakui bahwa terapi cell ini bermanfaat untuk berbagai jenis keluhan kesehatan, mulai dari penyakit sekelas stroke, cidera, hingga “sekadar” untuk menjaga penampilan agar awet muda. “Tidak bisa dipungkiri, setiap orang yang melakukan terapi stem cell pasti akan merasa lebih muda dan efek tersebut memang wajar. Karena pada dasarnya sifat stem cell adalah mengganti sel-sel tubuh yang rusak dengan demikian pasien yang melakukan stem cell akan mengalami regenerasi sel dengan masuknya stem cell,” ujar Yuyus. 
      Karena itulah, dalam penggunaannya, Yuyus menyarankan untuk memasukkan stem cell ke dalam tubuh dengan bantuan alat perantara agar stem cell bisa langsung sampai ke target yang dicapai. Apabila stem cell dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan metode infus (seperti transfusi darah biasa), dikhawatirkan stem cell justru tidak akan mencapai organ yang diinginkan. Pasalnya, saat stem cell masuk ke tubuh, maka stem cell akan mencari sel rusak terdekat yang bisa diperbaiki, dengan demikian, bukan tidak mungkin stem cell akan habis sebelum sampai di organ yang dituju.
     Saat ini, terapi stem cell sepertinya mulai dipublikasi dan juga dipromosikan ke masyarakat. Bukan hanya dalam urusan medis, di Indonesia, khususnya Jakarta, sudah muncul klinik-klinik kecantikan yang menawarkan jasa terapi stem cell pada pasien mereka. Bahkan, menurut kabar yang berkembang, sebuah klinik kecantikan ternama asal Jerman berencana untuk membuka cabang di Jakarta.
11 Rumah Sakit yang Menerapkan Stem Cell
Indonesia sendiri masih terbatas pada skala penelitian. Saat ini, hanya 11 rumah sakit di Indonesia yang menjadi pusat pengembangan pelayanan medis penelitian dan pendidikan bank-jaringan dan sel punca atau stem cell.
     Sebelas rumah sakit tersebut diantaranya adalah Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dr. Soetomo sebagai pembina. Kemudian, berikutnya adalah RS Dr. M. Djamil, Padang, Sumatera Barat, RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, RS Fatmawati, RS Kanker Dharmais, RS Persahabatan, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung, RS Dr. Sardjito, Yogyakarta, RS Dr. Karyadi, Semarang, dan RS Sanglah, Bali.
     Sejauh ini terapi sel di Indonesia telah diterapkan pada penderita penyakit jantung dan radang sendi. Di Indonesia sendiri sudah ada 30 orang yang menjalani terapi stem cell untuk jantung maupun sendi lutut. Hasil medisnya pun membaik. Contohnya, di lutut yang rusak tulang rawan. Jadi stem cell akan menumbuhkan kembali tulang rawan. Lutut kembali bisa digerakkan, bisa berjalan. Begitu juga dengan jantung.
     Dilain sisi minat terhadap terapi stem cell di Indonesia cukup tinggi meskipun harus merogoh kocek yang tak sedikit yakni mencapai ratusan juta rupiah. Berdasarkan penelitian selama ini, stem cells aman bagi tubuh. Bahkan, efek samping stem cells justru bisa berbuah manis untuk masalah penuaan atau memberikan efek antiaging.

Ilustrasi Transplantasi Stem Cell

     Risiko stem cells juga semakin kecil jika menggunakan sel dalam tubuh manusia itu sendiri. Sebab, tidak ada penolakan oleh tubuh terhadap sel baru tersebut. Berbeda untuk sel dari orang lain yang bisa berkembang menjadi kanker. Untuk itu para dokter akan sangat berhati-hati dan memastikan sel tidak akan ditolak oleh tubuh dalam proses terapi stem cell.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar