Praktik terapi stem cell mulai dilakukan di Negeri Paman Sam sekitar
tahun 2005. Sedangkan untuk Indonesia, disinyalir, pada tahun 2007 sudah
dilaksanakan terapi stem cell pada penderita penyakit jantung di Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Sedangkan sutradara Iqbail
Rais yang divonis kanker darah pada tahun 2011, Iqbal juga menjadi
pasien pertama yang melakukan terapi stem cell di Surabaya sekitar bulan
September tahun 2011.
Menurut Yuyus Kusnadi, PhD, Head of Laboratory KALBE Group, praktik
stem cell yang diijinkan di Indonesia adalah dengan mengambil material
stem cell dari tubuh si pasien itu sendiri atau yang biasa disebut
dengan istilah antologus. Untuk melakukan terapi stem cell, stem cell
bisa diambil dari beberapa bagian tubuh kita sendiri, seperti sumsum
tulang belakang, lemak, tali pusat, hingga darah.
“Proses pengambilan dan pengembangbiakkan stem cell bisa dikatakan
cukup mudah. Dalam waktu beberapa minggu, sel akan berkembang biak
menjadi berkali-kali lipat. Tapi, yang jadi masalah apakah sel yang
telah berlipat ganda tersebut steril dan bisa digunakan untuk dimasukkan
ke dalam tubuh manusia. Masalah kebersihan dan sterilisasi sel yang
harus diperhatikan dan dijaga saat proses ini,” ujar Yuyus.
Di Indonesia, terapi stem cell dilakukan dengan mengambil material
stem cell dari tubuh pasien sendiri. Di China, terapi ini diperbolehkan
untuk mengambil materi stem cell dari janin bayi yang “sengaja”
digugurkan oleh ibu mereka, mengingat memang pemerintah China membatasi
keluarga untuk memiliki anak. Sedangkan di Jerman, praktik terapi stem
cell mengambil material stem cell dari binatang.
Tentang terapi stem cell yang mengunakan bagian tubuh binatang Yuyus
menjelaskan, biasanya hewan yang digunakan untuk diambil material stem
cell-nya adalah kelinci, rusa atau domba, sedangkan di Autralia, hewan
yang biasa digunakan adalah kangguru. Karena di Jerman memang pemerintah
tidak mengijinkan praktik stem cell dengan mengambil material stem cell
dari manusia.
Terapi Alternatif Stroke hingga Kecantikan
Yuyus juga mengakui bahwa terapi cell ini bermanfaat untuk berbagai
jenis keluhan kesehatan, mulai dari penyakit sekelas stroke, cidera,
hingga “sekadar” untuk menjaga penampilan agar awet muda. “Tidak bisa
dipungkiri, setiap orang yang melakukan terapi stem cell pasti akan
merasa lebih muda dan efek tersebut memang wajar. Karena pada dasarnya
sifat stem cell adalah mengganti sel-sel tubuh yang rusak dengan
demikian pasien yang melakukan stem cell akan mengalami regenerasi sel
dengan masuknya stem cell,” ujar Yuyus.
Karena itulah, dalam penggunaannya, Yuyus menyarankan untuk
memasukkan stem cell ke dalam tubuh dengan bantuan alat perantara agar
stem cell bisa langsung sampai ke target yang dicapai. Apabila stem cell
dimasukkan ke dalam tubuh dengan menggunakan metode infus (seperti
transfusi darah biasa), dikhawatirkan stem cell justru tidak akan
mencapai organ yang diinginkan. Pasalnya, saat stem cell masuk ke tubuh,
maka stem cell akan mencari sel rusak terdekat yang bisa diperbaiki,
dengan demikian, bukan tidak mungkin stem cell akan habis sebelum sampai
di organ yang dituju.
Saat ini, terapi stem cell sepertinya mulai dipublikasi dan juga
dipromosikan ke masyarakat. Bukan hanya dalam urusan medis, di
Indonesia, khususnya Jakarta, sudah muncul klinik-klinik kecantikan yang
menawarkan jasa terapi stem cell pada pasien mereka. Bahkan, menurut
kabar yang berkembang, sebuah klinik kecantikan ternama asal Jerman
berencana untuk membuka cabang di Jakarta.
11 Rumah Sakit yang Menerapkan Stem Cell
Indonesia sendiri masih terbatas pada skala penelitian. Saat ini,
hanya 11 rumah sakit di Indonesia yang menjadi pusat pengembangan
pelayanan medis penelitian dan pendidikan bank-jaringan dan sel punca
atau stem cell.
Sebelas rumah sakit tersebut diantaranya adalah Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dr. Soetomo sebagai pembina. Kemudian,
berikutnya adalah RS Dr. M. Djamil, Padang, Sumatera Barat, RS Jantung
Harapan Kita, Jakarta, RS Fatmawati, RS Kanker Dharmais, RS
Persahabatan, RS Dr. Hasan Sadikin, Bandung, RS Dr. Sardjito,
Yogyakarta, RS Dr. Karyadi, Semarang, dan RS Sanglah, Bali.
Sejauh ini terapi sel di Indonesia telah diterapkan pada penderita
penyakit jantung dan radang sendi. Di Indonesia sendiri sudah ada 30
orang yang menjalani terapi stem cell untuk jantung maupun sendi lutut.
Hasil medisnya pun membaik. Contohnya, di lutut yang rusak tulang rawan.
Jadi stem cell akan menumbuhkan kembali tulang rawan. Lutut kembali
bisa digerakkan, bisa berjalan. Begitu juga dengan jantung.
Dilain sisi minat terhadap terapi stem cell di Indonesia cukup tinggi
meskipun harus merogoh kocek yang tak sedikit yakni mencapai ratusan
juta rupiah. Berdasarkan penelitian selama ini, stem cells aman bagi
tubuh. Bahkan, efek samping stem cells justru bisa berbuah manis untuk
masalah penuaan atau memberikan efek antiaging.
Risiko stem cells juga semakin kecil jika menggunakan sel dalam tubuh
manusia itu sendiri. Sebab, tidak ada penolakan oleh tubuh terhadap sel
baru tersebut. Berbeda untuk sel dari orang lain yang bisa berkembang
menjadi kanker. Untuk itu para dokter akan sangat berhati-hati dan
memastikan sel tidak akan ditolak oleh tubuh dalam proses terapi stem
cell.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar